Dari jumlah hasil panen itu menghasilkan 50 kg daun kelor kering atau rendemen 10%. "Setiap bulan saya harus membayar ke Bram rata-rata Rp75 juta per bulan," ujar Dudi sambil tersenyum.
Selain dari Bram, Dudi juga memperoleh pasokan tepung daun kelor dari para pekebun di NTT. "Mereka sudah punya unit pengolahan sendiri sehingga bisa menjual dalam bentuk tepung," tambahnya.
Dudi tak menyangka kelor kini menjadi penyangga ekonomi keluarga. "Dulu tidak pernah terpikir untuk berbisnis kelor," ujar produsen olahan kelor bermerek Kelorina itu.
Saat Ir. Erna Witoelar menjabat sebagai Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah dan Siswono Yudohusodo menjabat sebagai ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), ia pernah diingatkan bahwa kita harus mengembangkan tanaman pangan tak hanya sekadar untuk mencapai target ketahanan pangan, tapi lupa memperhatikan kandungan nutrisinya.
"Oleh sebab itu wajar jika beberapa wilayah di Indonesia masih banyak yang penduduknya mengalami malnutrisi alias kekurangan gizi," jelas Dudi yang ketika itu aktif sebagai Ketua HKTI Kabupaten Ciamis dan aktif juga di HKTI Pusat.
Post a Comment
Post a Comment