Dudi juga menyampaikan idenya mengembangkan kelor untuk mengatasi malnutrisi di NTT kepada TNI. Ide itu mendapat sambutan baik dari TNI.
Mereka lalu meminta Dudi untuk mendampingi TNI mengembangkan kelor di NTT. Dudi memanfaatkan lahan-lahan terlantar di sana untuk ditanami tanaman berjuluk drum stick itu.
Awalnya masyarakat menanam kelor untuk konsumsi sendiri. Namun, makin lama populasi kelor di sana terus bertambah. "Apalagi ketika itu Bank Rakyat Indonesia (BRI) memberikan bantuan bibit kelor senilai Rp1,3 miliar," ujarnya.
Akibatnya, jumlah produksi menjadi berlebih. Untuk mengatasinya, Dudi akhirnya menemukan ide untuk mengeringkan daun kelor dan mengolahnya menjadi tepung.
Dudi terus melakukan uji coba sampai akhirnya menemukan metode yang tepat untuk mengeringkan daun kelor tanpa merusak kandungan nutrisinya. Caranya dengan pengeringan lambat, yakni dengan suhu maksimal 35oC.
Metode itu terbukti mampu mempertahankan kandungan nutrisi. Berdasarkan hasil uji laboratorium, kandungan asam amino pada tepung kelor produksi Dudi masih lengkap, yakni mencapai 18 jenis asam amino. Dudi juga melakukan uji coba memproduksi aneka olahan daun kelor.
Sayangnya lokasi produksi di NTT yang jauh menjadi kendala bagi Dudi untuk memasarkan olahan daun kelor. Itulah sebabnya Dudi akhirnya memutuskan untuk memproduksi olahan kelor di Blora.
Di sana ia bekerjasama dengan Bram membudidayakan kelor di lahan 3 hektare secara organik. Untuk mengembangkan usaha, Dudi yang juga nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI), memanfaatkan fasilitas pinjaman melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebanyak Rp200 juta. Pinjaman itu ia gunakan untuk membangun sarana pengolahan dan pengemasan.
Pada 2014 Dudi mengikuti konferensi moringa internasional di Filipina. "Dalam acara itu para peserta lain masih membicarakan tentang cara budidaya kelor yang benar. Saya datang sudah membawa cokelat kelor," katanya. Ia pun banjir sanjungan. Sejak itu permintaan tepung daun kelor dari berbagai negara deras mengalir.
Dudi juga kebanjiran tamu dari berbagai negara, seperti Arab Saudi, Norwegia, dan negara-negara dari Benua Afrika.
Salah satunya David hingga akhirnya berlanjut bekerja sama. Banyaknya tamu yang berkunjung mendorong Dudi untuk membangun Pusat Pembelajaran Moringa Organik Indonesia.
Dari Blora kelor tembus pasar mancanegara. (Imam Wiguna)
Sumber: kompasiana
Post a Comment
Post a Comment